Minggu, 16 Agustus 2009

Penari Menang & Penonton Melupakan Kodratnya Sebgai Penonton

Ketika saya datang kesebuah club di daerah Jakarta selatan, saya disuguhkan dengan penari wanita yang menarik perhatian semua mata pria hidung belang termaksuk saya karna saya dilahrikan sebagai lelaki yang tidak ingin memiliki sifat munafik. Penari yang menunjukan setiap lekukan tubuhnya dan belum lagi para penari itu hanya menggunakan underwear dan setiap lelaki yang ada didalam club itu ingin sekali menyentuh dan menidurinya. Tanpa saya sadari tiba-tiba terbesit di pikiran saya untuk menyentuh bahkan meniduri dan mencicipi tubuh penari itu hingga menjadi suatu kenikmatan dunia yang memberikan saya kepuasan sesaat. Akan tetapi ketika hati kecil saya berkata semua pikiran itu manjadi dilemma tersendiri dimana saya jatuh dalam kebingungan dan menjadi kontradiksi antara pikiran dan hati saya. Mengapa bisa begitu ?


Ketika saya datang kesebuah club di daerah Jakarta selatan, saya disuguhkan dengan penari wanita yang menarik perhatian semua mata pria hidung belang termaksuk saya karna saya dilahrikan sebagai lelaki yang tidak ingin memiliki sifat munafik. Penari yang menunjukan setiap lekukan tubuhnya dan belum lagi para penari itu hanya menggunakan underwear dan setiap lelaki yang ada didalam club itu ingin sekali menyentuh dan menidurinya. Tanpa saya sadari tiba-tiba terbesit di pikiran saya untuk menyentuh bahkan meniduri dan mencicipi tubuh penari itu hingga menjadi suatu kenikmatan dunia yang memberikan saya kepuasan sesaat. Akan tetapi ketika hati kecil saya berkata semua pikiran itu manjadi dilemma tersendiri dimana saya jatuh dalam kebingungan dan menjadi kontradiksi antara pikiran dan hati saya. Mengapa bisa begitu ?

Hati saya berkata apakah penari itu telah menang dan membuat para penonton yang ada diclub itu melupakan kodratnya sebagai penonton dimana layaknya penonton hanya bisa melihat atraksi para penari tersebut. Akhirnya saya mencoba menghilangan pikiran saya dan membiarkan hati saya bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya yang diinginkan para penari club tersebut, dan akhirnya saya mendapatkan suatu hal yang sedikit rumit bagi saya pada waktu itu, karna saya berada didalam dua dunia yang tidak pernah bisa disatukan yaitu hati dan pikiran. Dan akhirnya saya mencoba menyatukan hati dan pikiran, apa yang terjadi setelah itu?. Ternyata saya telah melupakan kodrat saya sebagai penonton dan pikiran saya telah menguasai hati saya sehingga saya berifikir “bagaimana caranya saya dapat meniduri penari tersebut”, sungguh dilematis.

Penari menang dan saya melupakan kodrat saya sebagai penonton dan dibalik kemenangan para penari itu sang sutradara tertawa atas kemenangan para penarinya dan tentunya sang sutradara mendapatkan keuntungan yang besar. Karna hasrat saya yang begitu besar akhirnya saya melakukan suatu hal yang tak diharuskan terjadi dan tak pernah saya inginkan sebelumnya. Setelah keesokan harinya saya mulai sadar bahwa saya telah terbawa oleh pikiran yang tidak semestinya bisa menghasut dan menenggelamkan hati saya kepada perbuatan yang sungguh penuh dosa.

Apakah itu dosa, seperti apakah dosa, adakah suau realisasi dan takaran terhadap dosa yang manusia lakukan. Semua itu hanya ada di kitab-kitab dan ajaran-ajaran agama, apakahkah tuhan itu ada, dan apakah tuhan itu nyata. Tidak ada yang pernah mengetahui itu semua karna semua hanya cerita fiktif yang setiap detiknya selalu diceritakan dan semuanya seolah-olah menjadi nyata yang padahal semuanya itu hanya hologram yang akhirnya terjadi secara terus-menerus karena kita mengiinginkan itu terjadi. Setiap agama yang didunia ini berlomba-lomba untuk menjatuhkan satu sama lain yang berkedok dengan kerukunan beragama, lebih parahnya dalam kerukunan beragama tersebut para tokoh agama secara tersirat selalu menjatuhkan agama-agama lain dan ajaran-ajaran lain. Siapakah sutradara disini yang dapat mengendalikan semua tokoh agama untuk menarik perhatian manusia dan menjadikan manusia yang terpusatkan perhatiannya menjadi pengikutnya. Sunggung tidak pernah bisa dibayangkan ketika pikiran saya menjadi melebihi kodrat saya sebagai manusia biasa yang harus selalu berdoa dan memohon kepada tuhan yang telah menciptakan saya padahal saya tidak pernah tahu bagaimana tuhan itu ada dan dimana tuhan itu. Apakah tuhan itu nyata, apakah tuhan itu sungguh harus dipuji, dan apakah tuhan itu bisa membuat dunia ataukah tuhan itu hanya dongeng para pendahulu untuk generasi penerusnya agar dapat mengeksistensikan agama yang pendahulu sudah dapatkan eksistensi mereka. Apakah pendahulu kita memang benar-benar sudah melihat tuhan yang menicptakan kehidupan setelah kita mati. Apakah kitab-kitab setiap agama dibuat dari kehidupan setelah mati yang lalu dikirim oleh manusia yang telah mati. Percaya tidak percaya memang begitu ceritanya.

Dari manakah datangnya setiap kitab suci tersebut apakah dilempar dari langit atau dari bawah tanah yang dikirimkan oleh tuhan masing-masing kepada manusianya, sungguh tak pernah masuk akal. Apakah suatu ayat yang tercipta itu merupakan wahyu yang diberikan oleh setiap nabi dari TUHAN untuk mengatur kehidupan manusia. Sungguh tidak pernah bisa dibayangkan jika seperti itu. Sungguh benar-benar sepeti dongen yang tidak pernah terungkapkan.


Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar